Young People and Social Change

Review Artikel:

Buku : Youth and Society

Rob White,Johanna Wyn, andBrady Robards

Chapter 1

Young People and Social Chance

(Orang Muda dan Perubahan Sosial)

Raafi Herdiansyah Putra

Moh. Rodi

Mahasiswa Magister Sosiologi, FISHUM, UIN Sunan Kalijaga

Artikel ini menguraikan sejumlah tema utama yang berkembang dalam sosiologi pemuda dan kajian pemuda secara umum, khususnya terkait dengan relasi antara pemuda dan perubahan sosial. Pemuda dipahami bukan sekadar fase biologis, melainkan sebagai sebuah proses sosial, di mana pengalaman menjadi pemuda merupakan hasil negosiasi yang terus-menerus antara hubungan sosial dan personal. Penting untuk mempertahankan perhatian pada lintasan serta jalur hidup individu, sembari memahami bagaimana kondisi sosial turut mengalami transformasi.

Kesadaran ini dalam kajian sosiologi pemuda telah menimbulkan ketidakpuasan terhadap kerangka transisi yang konvensional, serta membuka ruang dialog yang lebih intensif antara pendekatan transisi dan budaya pemuda. Selain itu, berkembang pula minat untuk menggunakan konsep belonging sebagai kerangka analisis yang lebih efektif dalam memahami bagaimana ‘transisi’ dijalani, sekaligus menggeser fokus kajian pada bagaimana pemuda membangun keterikatan dan keberadaan mereka di masa kini.

Pendekatan tersebut terhadap perubahan sosial menyentuh sejumlah perdebatan penting yang masih berlangsung, di antaranya:

  1. Tantangan memahami ‘triple helix’ yang melibatkan lintasan individu, perubahan sosial, dan identitas.
  2. Signifikansi konsep generasi sosial dalam menjelaskan relasi antara perubahan dan kontinuitas dalam kehidupan pemuda.
  3. Upaya melampaui dikotomi tradisional antara pendekatan transisi dan budaya pemuda guna lebih memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan sosiologis serta isu kebijakan yang relevan.
  4. Pemanfaatan kerangka konseptual (seperti belonging) yang dapat memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai keterhubungan pemuda dengan individu lain, ruang, dan institusi.

Beberapa kata kunci (keyword) yang digunakan dalam artikel ini antara lain: Belonging (Mengacu pada bagaimana individu dalam hal ini pemuda membangun dan merasakan keterhubungan dengan orang lain komunitas, ruang, maupun institusi. Konsep ini penting untuk memahami identitas sosial dan pengalaman keseharian pemuda, terutama dalam konteks perubahan sosial yang cepat); Individualisation (Merujuk pada proses sosial di mana pemuda semakin dituntut untuk merancang lintasan hidupnya sendiri (pendidikan, pekerjaan, relasi), seiring dengan melemahnya struktur tradisional seperti keluarga atau komunitas lokal. Hal ini membuka peluang otonomi, tetapi juga meningkatkan risiko dan ketidakpastian); Social Change (Proses transformasi dalam struktur, norma, nilai, dan institusi masyarakat yang berdampak pada kehidupan pemuda. Pemuda sering dipandang sekaligus sebagai agen dan penerima dampak dari perubahan sosial ini); Social Generation (Sebuah konsep untuk memahami bagaimana kelompok pemuda tertentu yang hidup pada periode sejarah yang sama berbagi pengalaman sosial yang khas. Hal ini memungkinkan analisis hubungan antara perubahan sosial dan kontinuitas dalam kehidupan generasi tertentu);Young People (Kategori sosial yang tidak hanya berbasis usia biologis, tetapi juga konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh budaya, ekonomi, politik, dan kebijakan. Pemuda dilihat sebagai kelompok yang berada pada fase transisi sekaligus memiliki potensi perubahan sosial); dan Youth Transitions (Menggambarkan perjalanan pemuda dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan, terutama terkait pendidikan, pekerjaan, relasi keluarga, dan kehidupan mandiri. Pendekatan tradisional melihatnya sebagai “tahapan linier”, sementara kajian terbaru menekankan transisi sebagai proses yang lebih beragam, fleksibel, dan dipengaruhi konteks sosial).

Artikel ini juga menegaskan bahwasanya masa muda itu bukanlah sebuah tahap biologis yang statis, akan tetapi sebuah proses sosial. Gagasan mada muda sebagai tahap kehidupan yang terpisah pertama kali muncul yaitu di kalangan kelas atas pada abad ke-17, terkait dengan ekspesktasi pendidikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekhususan historis dan sosial dari istilah “anak” ”muda” dan ”dewasa”.

Artikel ini juga tidak lupa memberikan penjelasan kerangkan analisis dalam melihat kaum muda yang sangat kompleks yaitu:

  • Individualisasi

Dalam analisis ini struktur tradisional seperti keluarga dan serikat pekerja mulai terfragmentasi, mengalihkan tanggung jawab navigasi hidup dan risikonya kepada individu. Dalam konteks ini, identitas seseorang menjadi sebuah proyek pribadi, bukan sesuatu yang pasti. Hal ini memicu biografi risiko yaitu dimana individu bertanggung jawab atas keputusan dan kegagalan mereka, bahkan ditengan ketidakpastian dan masalah sosial yang besar.

  • Generasi sosial

Dalam analisis ini orang-orang yang hidup di periode sejarah yang sama atau menghadapi kondisi sosial serupa membentuk kesadaran generasi. Selain itu, konsep ini sangat membantu memahami kindisi historis, seperti pergeseran dari ekonomi industri ke pasca-industri atau krisis ekonomi global yang menciptakan pengalaman unik bagi setiap generasi.

  • Subjektivitas

Dalam analisis ini hanya berfokus pada wacana sosial, ekonomi, dan politik yang membentuk identitas. Meskipun identitas diciptakan secara aktif oleh individu, pembentukannya dibatasi oleh posisi subjek yang tersedia dalam konteks sosial tertentu. Pendekatan ini menyelidiki tentang kaum muda yang memahami dunia mereka dan tentang makna baru tentang karir, pekerjaan, dan keluarga.

  • Belonging atau rasa memiliki.

Pada konsep ini merupakan metafora relasional yang mengisi kekosongan dari fokus transisi. Alih-alih melacak pencapaian institusional, konsep ini mengkaji bagaimana kaum muda membangun hubungan dan memanfaatkan sumber daya sosial dan material untuk menghadapi dunia yang tidak pasti. Pendekatan ini memberikan wawasan tentang ketidaksetaraan, mobilitas lintas batas, dan pentingnya identitas dan lokasi.

Artikel ini secara garis besar menyoroti gagasan individualisasi, generasi sosial, subjektivitas, dan rasa memiliki atau belonging. Secara bersama-sama, kerangka kerja dan konsep-konsep ini membuat keterkaitan antara perubahan sosial dan lintasan individu menjadi terlihat (Raafi dan Rodi,2025).