Program Magister Sosiologi mengikuti Program Sekolah Riset Asia Tenggara
Program Sekolah Riset Asia Tenggara
Sebagai bagian dari rangkaian Program Sekolah Riset Islam Asia Tenggara (SRIAT), ISAIs UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan pembekalan bertajuk “Isu dan Konteks Asia Tenggara”. Kegiatan ini menghadirkan Bapak Norma Permata, Ketua Program Studi Magister Sosiologi UIN Sunan Kalijaga yang juga dikenal sebagai peneliti kajian Asia Tenggara. Sesi ini berlangsung dengan cukup mendalam, memberikan wawasan baru bagi para peserta mengenai kompleksitas kawasan Asia Tenggara dari sudut pandang budaya, bahasa, dan agama.
Dalam pemaparannya, Pak Norma menyampaikan hasil penelusuran akademiknya yang menunjukkan bahwa narasi umum mengenai akar budaya Asia Tenggara perlu ditinjau ulang. Ia mengungkapkan bahwa akar bahasa dan agama di kawasan ini tidak semata-mata berasal dari tradisi Hindu-Buddha, melainkan dari rumpun bahasa dan Bangsa Austrik. Temuan ini membuka sketsa baru tentang sejarah Asia Tenggara yang selama ini kerap dilihat dari sudut pandang luar, bukan dari perspektif lokalnya sendiri.
Pak Norma menekankan bahwa Asia Tenggara sejatinya bukan sekadar wilayah geografis, melainkan merupakan sebuah peradaban. Ia menggambarkan bagaimana peradaban nenek moyang Asia Tenggara terwujud dalam sistem kehidupan sederhana namun mapan: satu desa, satu dewa, satu leluhur, dan satu petak tanah. Dalam konteks ini, Islam diterima sebagai sesuatu yang baru, namun tidak bersifat menjajah. Islam justru diundang dan diadaptasi oleh masyarakat lokal, menciptakan harmoni dan karakteristik Islam yang khas Asia Tenggara.
Menutup sesi, Pak Norma menawarkan kerangka tiga tahap dalam memahami perkembangan Islam di Asia Tenggara, yaitu: adopsi, lokalisasi, dan purifikasi. Kerangka ini memperlihatkan bagaimana Islam mampu bertransformasi secara dinamis dalam konteks lokal, sambil tetap mempertahankan esensi keagamaannya. Tawaran ini menjadi pintu masuk penting bagi para peneliti untuk mendalami dinamika keberislaman yang tidak tunggal, melainkan kaya dan kontekstual sesuai realitas sosial Asia Tenggara.
Lalu pada Jumat, 23 Mei 2025, ISAIs UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan sesi pamungkas dari rangkaian Pembekalan Konteks Isu dan Kajian Asia Tenggara. Sesi ini menghadirkan Dr. Mochamad Sodik, seorang peneliti independen dan penulis buku *Agama Faktual*, yang telah lama mendalami dinamika Ahmadiyah di Indonesia. Dengan pendekatan objektif dan reflektif, Dr. Sodik membagikan pengalamannya dalam meneliti kelompok minoritas yang kerap disalahpahami oleh publik dan media arus utama.
Dalam pemaparannya, Dr. Sodik menekankan pentingnya memahami gerakan Ahmadiyah dari dalam, bukan sekadar melalui narasi eksternal yang sering kali bias. Ia mengajak peserta untuk membongkar cara pandang konvensional dan memberi ruang bagi Ahmadiyah untuk bicara atas nama mereka sendiri. Menurutnya, pendekatan yang menempatkan kelompok yang diteliti sebagai subjek aktif, bukan objek pasif, akan menghasilkan pemahaman yang lebih otentik dan humanis.
Lebih lanjut, Dr. Sodik berbagi strategi etnografis yang ia gunakan saat di lapangan. Ia menyarankan agar peneliti tidak selalu terpaku pada wawancara formal, melainkan mencoba membaur dan menggali makna dari interaksi sehari-hari yang kasual. Hanya dengan cara demikian, peneliti akan lebih mudah diterima oleh komunitas yang diteliti, dan data yang diperoleh pun akan lebih kaya dan kontekstual. Tips ini menjadi sangat relevan bagi para peserta yang akan terjun langsung ke lapangan pada pertengahan bulan depan.
Sesi ini ditutup dengan penguatan penting bagi para peserta Sekolah Riset: kepekaan dan keterlibatan langsung merupakan kunci keberhasilan penelitian lapangan. Sebelum benar-benar diterjunkan ke masyarakat Ahmadiyah, para peserta akan mengikuti Workshop Metodologi Riset sebagai bekal teoretis dan teknis. Pembekalan dari Dr. Sodik menjadi pijakan awal yang kuat untuk membentuk etika, empati, dan kepekaan akademik dalam menjelajahi kompleksitas realitas sosial yang akan mereka hadapi. (Nurul Hidayah Siregar)